Ajari Anak Menjadi Santri

Beberapa pertanyaan yang sering muncul ke saya mengenai pendidikan karakter di indonesia serta rusaknya moral generasi penerus bangsa diakibatkan oleh pendidikan yang kurang memunculkan karakter dan moral sebagai anak bangsa. Ada stigma di masyarakat bahwa ganti menteri ganti kebijakan, dan banyak pula pendidikan yang asal berdiri kurang memperhatikan mutu maupun karakter.

\"\"

Maraknya perkelahian, tawuran antar pelajar, minum-minuman keras narkoba dan yang saat ini lagi ngetren adalah ngelem. Munculnya stigma anak ketika anak tidak tahu tawuran, ketika anak tidak minum-minuman keras, narkoba ataupun ngelem dianggap anak itu tidak wah, hebat, dan kurang gaul.
Tentu saja hal ini menjadikan kita sebagai orang tua mawas diri. Anak sudah dipercayakan di institusi pendidikan terbaik ternyata ada beberapa anak yang tidak sesuai dari tujuan pendidikan itu sendiri. Lantas kemana lagi orang tua akan memilihkan pendidikan anak yang tepat, untuk ini menjadi pertanyaan kita bersama.

Beberapa pakar pendidikan sepakat mengatakan bahwa pondok pesantren sebagai salah satu yang terbaik saat ini dalam menempa karakter anak didik. Anak didik atau santri diajari bagaimana mandiri, bagaimana bekerjasama, bagaimana menghormati guru dan kyainya, dan bagaimana nasionalisme seorang santri itu diajarkan. Sehingga, model pendidikan ini pun diadopsi pula oleh dunia barat dalam mengembangkan pendidikannya yang kemudian kita kenal dengan istilah boarding school dan saya bersyukur bisa menikmati masa-masa indah di pondok pesantren. Harapan orang tua saya kalau itu adalah yang terpenting anak anaknya bisa mengaji entah nanti besarnya jadi apa. 

17 tahun adalah masa yang sangat cepat bagi saya ketika berada di pondok pesantren. Manakala usia saya baru 12 tahun, lulus dari sekolah dasar orang tua saya menyuguhkan bekal pendidikan di pondok pesantren hingga saya lulus Magister kebijakan pendidikan.

Beberapa pondok pesantren yang barangkali ada saudara-saudara yang pernah mengalaminya sebagaimana saya adalah pondok pesantren Badrul Munir kajen- Margoyoso Pati yang diampu oleh KH. Ali Achmadi (Yi Ali), Pondok Pesantren Al Fakhriyyah Lasem-Rembang yang diampu oleh KH. Abdurrahim Abdullah (Mbah Him), Ponpes Darut Taqwa Langgardalem-Kudus yang diampu oleh KH. Turaichan Ta\’jus Esh Sharof (Mbah Tur),  Ponpes Miftahul Ulum Malang yang diampu KH. Qomarudin Arif (Mbah Qom).

Sekarang, buktikan hasil pendidikan umum dengan hasil pendidikan di pondok pesantren. Umumnya produk pendidikan umum adalah bagaimana dia bisa diterima di tempat kerja yang baik, asal kerja, dan menjadi pimpinan lembaga atau institusi yang baik tetapi karakternya kurang baik. Lain halnya dengan outcome dari produk pendidikan pesantren umumnya tidak profit oriented, siap ditempatkan di manapun, ia bisa menjadi bawahan dan loyal kepada pimpinan dan manakala menjadi pemimpin, ia menjadi pemimpin yang santun, mengayomi, dan tentunya tidak lupa dengan jati diri santrinya.

Selamat Hari Santri Nusantara

22 oktober 2016

#harisantri #HSN

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *